Beranda | Artikel
Tujuan Membaca Al-Quran
Selasa, 25 Februari 2020

Bersama Pemateri :
Syaikh `Abdurrazzaq bin `Abdil Muhsin Al-Badr

Tujuan Membaca Al-Qur’an adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab التبيان في شرح أخلاق حملة القرآن (At-Tibyaan fi Syarh Akhlaq Hamalatil Qur’an). Pembahasan ini disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr pada 9 Jumadal Akhirah 1441 H / 03 Februari 2020 M.

Kajian Islam Ilmiah Tentang Tujuan Membaca Al-Qur’an

Penulis kitab ini Syaikh Al-Ajurri Rahimahullah mengatakan, “Tidakkah kalian melihat -semoga Allah merahmati kalian- kepada Tuhan kalian yang Maha Mulia bagaimana Ia memerintahkan manusia untuk memperhatikan perkataanNya? Dan barangsiapa yang memperhatikan perkataanNya maka ia akan mengenal Allah ‘Azza wa Jalla dan ia akan mengetahui agungnya dan besarnya kekuasaan Allah ‘Azza wa Jalla dan ia juga akan mengetahui besarnya karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada kaum Mukminin, ia akan mengetahui apa yang Allah wajibkan kepadanya sehingga ia pun melaksanakan kewajiban tersebut dan menjauhi apa yang Allah larang. Ia juga akan senang dengan apa yang Allah perintahkan kepadanya dan barangsiapa yang demikian keadaannya ketika membaca Al-Qur’an dan juga ketika mendengarkan dari selainnya. (sampai akhir perkataan beliau).”

Syaikh Hafidzahullah mengatakan bahwa sesungguhnya kandungan yang paling agung yang terkandung dalam Al-Qur’an adalah tentang makrifatullah ‘Azza wa Jalla (pengenalan tentang Allah), juga pengenalan tentang nama-namaNya yang indah dan sifat-sifatNya yang luhur. Karena perkara-perkara yang dikandung oleh Al-Qur’an mencakup tiga perkara yang besar.

Yang pertama yaitu pengenalan tentang Tuhan yang berhak disembah yaitu Allah ‘Azza wa Jalla juga tentang nama-nama, sifat-sifat dan perbuatan-perbuatanNya. Maka dalam Al-Qur’an ada pengenalan tentang Allah ‘Azza wa Jalla sehingga seseorang jika mengenal Allah ‘Azza wa Jalla hatinya akan semakin mengagungkan, memuliakan, mencintai dan berharap serta takut hanya kepada Allah ‘Azza wa Jalla.

Perkara yang kedua yang dikandung oleh Al-Qur’an yaitu pengenalan tentang jalan yang menyampaikan kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Yaitu dengan cara mengikuti perintah dan menjauhi larangan-laranganNya.

Yang ketiga yang dikandung oleh Al-Qur’an yaitu penjelasan tentang apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala sediakan dari pahala bagi orang yang mentaatiNya dan hukuman bagi orang yang mendurhakaiNya. Ini adalah kandungan-kandungan Al-Qur’an secara umum. Dan kandungan yang paling agung yaitu pengenalan tentang Allah ‘Azza wa Jalla. Oleh karena itu surat Al-Ikhlas sama dengan sepertiga Al-Qur’an. Karena surat Al-Ikhlas dimurnikan untuk penjelasan tentang sifat Allah ‘Azza wa Jalla.

Maka seseorang yang membaca Al-Qur’an hendaklah ia berusaha memperhatikan, merenungi makna ayat-ayat yang dibaca, mengetahui perintah-perintah dan larangan-larangan sehingga ia bisa berusaha melaksanakan perintah-perintah Al-Qur’an dan menjauhi larangan-laranganNya.

Sahabat Abdullah bin Mas’ud mengatakan, “Jika engkau mendengar Allah mengatakan, ‘Wahai orang-orang yang beriman,’ maka siapkanlah pendengaranmu. Karena sesungguhnya itu adalah kebaikan yang diperintahkan atau keburukan yang dilarang.” Maka mentadaburi Al-Qur’an, memperhatikan ayat-ayat Al-Qur’an ketika membaca juga ketika mendengar atau di setiap waktu harus dilakukan agar faedah bisa didapatkan, maknanya bisa dipahami dan perkataan Allah bisa dimengerti. Dan waktu yang terbaik untuk mentadaburi Al-Qur’an yaitu ketika waktu shalat lima waktu. Karena shalat adalah rukun agama yang paling penting setelah tauhid sebagaimana dalam hadits qudsi:

مَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ

“Tidak ada sesuatu yang lebih Aku cintai dari hambaKu melebihi ia mendekatkan dirinya kepadaKu dengan apa-apa yang Aku wajibkan.” (HR. Bukhari)

Dan tidak diragukan lagi bahwasannya berusaha untuk mentadaburi Al-Qur’an, memahami makna Al Qur’an ketika shalat adalah sesuatu perkara yang dapat mendatangkan kekhusyu’an dan menghadirkan hati seseorang. Dan inilah yang menyebabkan seorang hamba bisa mendapatkan pahala yang sempurna ketika dia shalat. Karena seseorang tidak akan mendapatkan pahala dari shalatnya kecuali yang ia pahami dari bacaan shalatnya. Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah, “Dan keutamaan-keutamaan bagi orang yang membaca Al-Qur’an mencakup orang yang membaca Al-Qur’an ketika shalat dan ini lebih utama daripada ketika orang mentadaburi Al-Qur’an atau membaca Al-Qur’an pada selain shalat.”

Perkataan penulis kitab ini Rahimahullah, “Dan siapa saja yang demikian keadaannya ketika membaca Al-Qur’an atau ketika ia mendengar dari selainnya maka Al-Qur’an menjadi obat baginya dan ia akan menjadi kaya walaupun tidak punya harta, menjadi mulia walaupun tidak punya keluarga dan ia akan merasa tenang dari apa yang ditakuti oleh selainnya.”

Syaikh Hafidzahullah mengatakan bahwasanya ini adalah catatan penting dari penulis kitab ini Rahimahullah bahwasanya berobat dengan Al-Qur’an tidak sekedar dari penyakit badan. akan tetapi berobat dengan Al-Qur’an juga mencakup penyakit yang maknawiyah seperti penyakit syahwat dan penyakit syubhat juga kelalaian dari ketaatan, juga penyakit-penyakit yang lain. Dan mentadaburi dan memperhatikan serta merenungi kitabullah ‘Azza wa Jalla dan mengamalkan isinya adalah obat dari semua penyakit tersebut.

Maka dia akan menjadi kaya walaupun tidak punya harta. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala akan membuat dia kaya dengan apa yang Allah berikan kepadanya dari Al-Qur’an dan pemahaman Al-Qur’an serta penghayatan dari makna-makna Al-Qur’an. Ia menjadi kaya karena Al-Qur’an adalah kekayaan untuknya dan kekayaan yang terbesar adalah kekayaan hati. Dan kekayaan hati adalah buah dari pemahaman seseorang terhadap Al-Qur’an dan penghayatan dia kepada ayat-ayat Al-Qur’an.

Dia akan menjadi mulia walaupun tidak punya keluarga. Karena Al-Qur’an penyebab dia menjadi mulia dan menjadi berwibawa sebagaimana perkataan Umar bin Abdul Aziz Rahimahullah, “Barangsiapa yang takut kepada Allah maka Allah akan membuat selainnya takut kepadanya dan barangsiapa yang tidak takut kepada Allah maka ia akan takut dari segala sesuatu. Dia akan tenang, tidak takut dari apa yang ditakuti oleh selainnya, tidak akan dimasuki hatinya dengan ketakutan karena ia merasa tenang dengan kitabullah di manapun dia berada.”

Kemudian beliau mengatakan, “Dan yang dipikirkan ketika seseorang membaca satu surat ketika ia memulainya yaitu ia selalu mengatakan, ‘kapan aku bisa mengambil manfaat dari apa yang aku baca’ dan bukan tujuannya adalah kapan aku bisa menghatamkan surat ini.”

Ini adalah tanda yang disebutkan oleh penulis kitab ini Rahimahullah bagi orang yang selalu menghayati Al-Qur’an yaitu selalu yang menjadi pikiran-pikiran dia ketika memulai membaca satu surat yaitu berusaha untuk memahami makna dari apa yang ia baca bukan sekedar memikirkan kapan ia bisa mengkhatamkan surat yang dia baca.

Penulis kitab ini Rahimahullah mengatakan bahwa tujuan yang benar bagi seseorang yang membaca Al-Qur’an adalah mengatakan, ‘kapan saya bisa memahami apa yang Allah sampaikan, kapan saya bisa mengambil pelajaran dari ayat-ayat yang saya baca.’ Karena diantara manusia ada yang membaca satu surat dari awal sampai akhir dan ia melewati banyak sekali perintah-perintah yang terdapat dalam surah tersebut, banyak larangan-larangan, akan tetapi seakan-akan ia tidak memperdulikan perintah dan larangan tersebut. Bahkan seakan-akan perintah dan larangan tersebut untuk selain dia, dia tidak dituntut untuk melakukan atau meninggalkan apa yang dilarang. Seakan-akan yang diminta atau diperintahkan kepadanya adalah sekedar membaca ayat-ayat tersebut. Ini tidak benar tentunya dan ini sama dengan perkataan Fudhail bin Iyadh Rahimahullah, “Sungguhnya Al-Qur’an diturunkan untuk diamalkan, namun manusia menjadikan sekedar membacanya adalah amalan.”

Maka metode yang benar dan cara yang tepat ketika seseorang membaca yaitu dengan membaca Al-Qur’an agar ia memahami apa yang Allah inginkan dari ayat tersebut, menghayati petunjuk-petunjuk Al-Qur’an dan selalu menjadikan pikirannya -ketika ia membaca Al-Qur’an- “Kapan saya bisa mengambil pelajaran dari apa yang aku baca.” Dan bukan tujuannya adalah “Kapan saya bisa mengkhatamkan surat dalam Al-Qur’an.” Karena dalam Al-Qur’an ada larangan, ada pelajaran, ada nasihat-nasihat. Maka seorang butuh untuk bersungguh-sungguh untuk memahami makna-makna yang ia baca.

Kemudian penulis kitab ini Rahimahullah mengatakan bahwa karena membaca Al-Qur’an adalah ibadah. Dan ibadah tentu tidak boleh dilakukan sambil seorang lalai. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang memberi taufiq kepada hal tersebut.

Beliau Hafidzahullah mengatakan bahwa karena dalam ibadah seseorang harus menghadirkan hatinya. Berkata Al-‘Allamah Ibnul Qayyim Rahimahullah tentang buah dan faedah yang didapatkan dari seorang yang mentadaburi Al-Qur’an. Dalam satu pasal yang sangat penting sekali dalam kitab beliau Madarijus Salikin beliau mengatakan, “Adapun menghayati dan berusaha memahami Al-Qur’an yaitu dengan cara mempertajam pandangan hati kepada makna-makna Al-Qur’an serta mengkonsentrasikan pikiran untuk mentadabburi dan memahami serta mengerti maksud diturunkannya Al-Qur’an, bukan sekedar membaca tanpa memahami dan mentadabburi.”

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِّيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ ﴿٢٩﴾

Kitab yang Kami turunkan kepadamu yang penuh berkah agar dimengerti ayat-ayatnya dan agar menjadi pengingat bagi orang yang mempunyai akal.” (QS. Shad[38]: 29)

Juga firman Allah:

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا ﴿٢٤﴾

Apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an ataukah hati-hati mereka telah terkunci?” (QS. Muhammad[47]: 24)

Juga firman Allah:

أَفَلَمْ يَدَّبَّرُوا الْقَوْلَ

Apakah mereka tidak memperhatikan dan mentadaburi perkataan?” (QS. Al-Mu’minun[23]: 68)

Juga firman Allah:

إِنَّا جَعَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَّعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ ﴿٣﴾

Sesungguhnya Kami jadikan Al-Qur’an itu berbahasa Arab agar kalian memahaminya.” (QS. Az-Zukhruf[43]: 3)

Berkata Al-Hasan bahwa Al-Qur’an diturunkan untuk dipahami, untuk dimengerti, untuk diamalkan, akan tetapi manusia menjadikan amalan itu sekedar membacanya. Maka tidak ada sesuatu yang lebih bermanfaat bagi seorang hamba baik untuk kehidupan dunianya dan kehidupan akhiratnya dan lebih dekat kepada keselamatannya dari mentadabburi Al-Qur’an, memanjangkan waktu untuk berusaha memahami Al-Qur’an, mengkonsentrasikan pikiran untuk memahami makna ayat-ayat Al-Qur’an. Karena semua hal ini akan menghasilkan seorang bisa mengetahui rambu-rambu kebaikan dan keburukan secara mendetail. Dia akan mengetahui jalan-jalan, sebab-sebab dan buah-buah serta tempat kembali orang yang melakukan kebaikan dan orang yang melakukan keburukan. Ia pun akan mendapatkan ditangannya kunci-kunci kebahagiaan dan ilmu-ilmu yang bermanfaat. Keimanan akan menjadi kuat dalam hatinya dan rukun-rukun keimanan tersebut akan semakin mantap.

Juga ia akan melihat hakikat dunia dan akhirat. Ia akan mengerti tentang surga dan neraka, melihat dengan hatinya, bahkan ia bisa seakan-akan hadir di tengah umat-umat sebelum kita, ia akan mengetahui apa yang Allah lakukan kepada umat-umat sebelum kita, ia akan mengerti pelajaran-pelajaran yang terjadi pada umat-umat sebelum kita. Dan ia mengetahui keadilan Allah Subhanahu wa Ta’ala, karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala, ia akan mengetahui Dzat, nama-nama, sifat-sifat dan perbuatan Allah Subhanahu wa Ta’ala, ia bisa mengetahui apa yang Allah cintai dan apa yang Allah murkai, ia bisa mengetahui jalan yang menyampaikan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan apa yang didapatkan bagi orang yang telah sampai kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, juga ia bisa mengetahui penghalang dan penyakit-penyakit dalam perjalanan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Juga dengan mentadabburi Al-Qur’an seorang bisa mengetahui tentang jiwa dan sifat-sifat jiwa tersebut, perusak-perusak amalan, pembenar-pemenar amalan, ia pun bisa mengetahui jalan penduduk surga dan jalan penduduk neraka, amalan-amalan penduduk surga dan penduduk neraka, keadaan mereka, ciri-ciri dan tanda-tanda mereka, juga tingkatan orang yang berbahagia dan orang yang sengsara serta pembagian makhluk dan kapan mereka bisa bersatu dan kapan mereka bisa bercerai-berai.

Secara umum Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitahukan kepada mereka tentang jalan yang menyampaikan kepadaNya dan kemuliaan yang akan didapatkan bagi orang yang sampai kepada Allah ‘Azza wa Jalla.

Simak penjelasan lengkapnya pada menit ke-29:39

Downlod MP3 Ceramah Agama Tentang Tujuan Membaca Al-Qur’an


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48196-tujuan-membaca-al-quran/